RENUNGAN JUPITER

Keikhlasan itu umpama seekor semut hitam, di atas batu yang hitam, di malam yang amat kelam.

Archive for November, 2007

Belajar Moral dari Petualangan Harry Potter

Posted by jupiter pada November 21, 2007

Sudah banyak penelitian tentang Harry Potter dilakukan untuk mengungkap rahasia di balik kesuksesan karya sastra populer sepanjang abad 20-21 ini. Bagaimana anak-anak betah mengikuti cerita dalam buku yang tebalnya mencapai 500 halaman lebih, seperti sebuah teka-teki yang menyedot perhatian banyak peneliti untuk memecahkannya.

Sangat menarik Rowling menciptakan sebuah dunia sihir yang penuh makhluk-makhluk imajinatif dari sejarah, legenda, dan mitos, melambungkan fantasi murni anak-anak dan memperkaya imajinasi orang dewasa. Selain itu Rowling tidak hanya melukiskan citra fantastis, tetapi juga citra yang familier dengan keseharian pembaca. Penceritaan Rowling tentang kehidupan murid-murid sekolah Hogwarts, kompetisi antar sekolah Turnamen Internasional Triwizard, peristiwa Piala Dunia Quidditch, kegiatan belanja di Diagon Alley dan Hogshead, begitu mirip dengan dunia pembaca.

Yang lebih menarik, Edmund M. Kern menyajikan pandangannya tentang kehebohan novel Harry Potter tidak hanya dalam segi naratif cerita namun juga pelajaran moral yang tersirat di dalamnya. Dia membedah keunikan karakter-karakter dalam Harry Potter yang mempunyai sejarah masa lalu menarik dan terus membentuk kehidupan mereka di masa kini. Setiap karakter memiliki pengaruh masa lalu, mengingatnya, kemudian dengan sadar menghadapi masa depan.

Harry tidak hanya mewujudkan kebijakan banyak pahlawan seperti Superman atau Batman, tetapi juga memberi perbaikan lewat kesadaran besar akan pilihan, empati, dan tanggung jawab yang ada karena pengetahuan baru. Sebagai pahlawan dalam proses, Harry mendidik dirinya sendiri seperti halnya orang lain menuntunnya.

Adanya makhluk-makhluk legendaris magis yang digunakan, menunjukkan cara Rowling menyampaikan pelajaran moral yang penting dengan simbol. Grindylow, hinkypunk, kappa, pixy, poltergeist, red cap merupakan simbol kesulitan dan bahaya hidup setiap manusia, namun mereka mudah diatasi jika kita sabar dan cerdas menganggap semua itu hanya gangguan kecil. Boggart adalah penganggu yang mengambil bentuk yang paling ditakuti lawannya dan bisa dikalahkan dengan tawa. Itu menandakan yang paling ditakuti setiap manusia adalah rasa takut itu sendiri. Hipogriff meski buas dan tidak menyukai manusia, bisa jinak jika calon penunggang bisa dipercaya.

Kepercayaan dan usaha diri untuk maju adalah inti moral yang hendak disampaikan. Harry Potter bukanlah tokoh pahlawan terpilih yang dipaksa memasuki pertarungan melawan yang jahat. Namun dia adalah pahlawan yang telah dipersiapkan melawan kesulitan-kesulitan yang akan menjemputnya. Dia bukan pahlawan legendaris seperti Raja Arthur yang dalam waktu singkat memenuhi ramalan ketika dia akhirnya berhasil mencabut pedang Excalibur dari sebuah batu di mana tidak ada seorang pun berhasil melakukannya. Harry Potter harus jungkir balik untuk memenuhi ramalan yang dibuat tentang kehebatannya.

Harry Potter adalah seorang anak remaja yang beranjak dewasa, seperti para pembaca juga. Dia harus menanggung penderitaan yang cukup menyakitkan ketika dia menjadi bulan-bulanan di sekolah atau ketika dia sadar bahwa keberuntungan sematalah yang selama ini melindunginya dari kejahatan penyihir hitam Lord Voldemort. Hingga dia membutuhkan waktu enam tahun berdarah untuk menyadari arti bertambah dewasa, bertambah pula rasa sakit. Sebuah nilai moral yang tampak sepele namun banyak dilupakan.

Selain itu perebutan kekuasaan antar golongan muncul sebagai persoalan inti dalam novel Harry Potter. Golongan penyihir hitam Lord Voldemort hendak menggunakan kekuasaan itu untuk mendirikan dinasti pure-blood. Sedangkan golongan lainnya hendak mencegah kekuasaan jatuh ke tangan yang salah. Jika ditinjau keadaan masyarakat dunia, peristiwa berdarah yang melibatkan kebencian antar kelompok sering kita jumpai. Sebut saja Hitler yang pernah memburu kaum yahudi dari tanah kekuasaannya, kemalangan suku Kurdi di Iraq dan tak luput pula peristiwa Sampit, Poso, GAM di tanah air kita.

Dalam titik ini, penyimpangan moral Lord Voldemort, mengajak pembaca untuk mengamati perilaku pemimpin dunia yang secara sadar menginjak-injak hak asasi bangsa lain berdasar kebencian chauvinisme namun bersembunyi dalam kedok perdamaian. Dalam buku ini, penulis dengan apik mengombinasikan unsur moral yang di tulis Rowling melalui kaca mata sejarah, legenda, dan mitos. Sehingga anak-anak dapat mendorong imajinasi mereka bekerja dan realistis memandang dunia. Tak berlebihan jika buku ini dapat dikategorikan sebagai pedoman baru yang berguna bagi orangtua untuk mendiskusikan pengertian moral dalam novel Harry Potter dengan anak mereka. (*)

(Sumber : Penulis Lepas.com/Lutfi Fadila/ Malang/hpk doc/Nov/07)

Posted in Pencerahan | Leave a Comment »

Belajar Moral dari Petualangan Harry Potter

Posted by jupiter pada November 20, 2007

Sudah banyak penelitian tentang Harry Potter dilakukan untuk mengungkap rahasia di balik kesuksesan karya sastra populer sepanjang abad 20-21 ini. Bagaimana anak-anak betah mengikuti cerita dalam buku yang tebalnya mencapai 500 halaman lebih, seperti sebuah teka-teki yang menyedot perhatian banyak peneliti untuk memecahkannya.

Sangat menarik Rowling menciptakan sebuah dunia sihir yang penuh makhluk-makhluk imajinatif dari sejarah, legenda, dan mitos, melambungkan fantasi murni anak-anak dan memperkaya imajinasi orang dewasa. Selain itu Rowling tidak hanya melukiskan citra fantastis, tetapi juga citra yang familier dengan keseharian pembaca. Penceritaan Rowling tentang kehidupan murid-murid sekolah Hogwarts, kompetisi antar sekolah Turnamen Internasional Triwizard, peristiwa Piala Dunia Quidditch, kegiatan belanja di Diagon Alley dan Hogshead, begitu mirip dengan dunia pembaca.

Yang lebih menarik, Edmund M. Kern menyajikan pandangannya tentang kehebohan novel Harry Potter tidak hanya dalam segi naratif cerita namun juga pelajaran moral yang tersirat di dalamnya. Dia membedah keunikan karakter-karakter dalam Harry Potter yang mempunyai sejarah masa lalu menarik dan terus membentuk kehidupan mereka di masa kini. Setiap karakter memiliki pengaruh masa lalu, mengingatnya, kemudian dengan sadar menghadapi masa depan.

Harry tidak hanya mewujudkan kebijakan banyak pahlawan seperti Superman atau Batman, tetapi juga memberi perbaikan lewat kesadaran besar akan pilihan, empati, dan tanggung jawab yang ada karena pengetahuan baru. Sebagai pahlawan dalam proses, Harry mendidik dirinya sendiri seperti halnya orang lain menuntunnya.

Adanya makhluk-makhluk legendaris magis yang digunakan, menunjukkan cara Rowling menyampaikan pelajaran moral yang penting dengan simbol. Grindylow, hinkypunk, kappa, pixy, poltergeist, red cap merupakan simbol kesulitan dan bahaya hidup setiap manusia, namun mereka mudah diatasi jika kita sabar dan cerdas menganggap semua itu hanya gangguan kecil. Boggart adalah penganggu yang mengambil bentuk yang paling ditakuti lawannya dan bisa dikalahkan dengan tawa. Itu menandakan yang paling ditakuti setiap manusia adalah rasa takut itu sendiri. Hipogriff meski buas dan tidak menyukai manusia, bisa jinak jika calon penunggang bisa dipercaya.

Kepercayaan dan usaha diri untuk maju adalah inti moral yang hendak disampaikan. Harry Potter bukanlah tokoh pahlawan terpilih yang dipaksa memasuki pertarungan melawan yang jahat. Namun dia adalah pahlawan yang telah dipersiapkan melawan kesulitan-kesulitan yang akan menjemputnya. Dia bukan pahlawan legendaris seperti Raja Arthur yang dalam waktu singkat memenuhi ramalan ketika dia akhirnya berhasil mencabut pedang Excalibur dari sebuah batu di mana tidak ada seorang pun berhasil melakukannya. Harry Potter harus jungkir balik untuk memenuhi ramalan yang dibuat tentang kehebatannya.

Harry Potter adalah seorang anak remaja yang beranjak dewasa, seperti para pembaca juga. Dia harus menanggung penderitaan yang cukup menyakitkan ketika dia menjadi bulan-bulanan di sekolah atau ketika dia sadar bahwa keberuntungan sematalah yang selama ini melindunginya dari kejahatan penyihir hitam Lord Voldemort. Hingga dia membutuhkan waktu enam tahun berdarah untuk menyadari arti bertambah dewasa, bertambah pula rasa sakit. Sebuah nilai moral yang tampak sepele namun banyak dilupakan.

Selain itu perebutan kekuasaan antar golongan muncul sebagai persoalan inti dalam novel Harry Potter. Golongan penyihir hitam Lord Voldemort hendak menggunakan kekuasaan itu untuk mendirikan dinasti pure-blood. Sedangkan golongan lainnya hendak mencegah kekuasaan jatuh ke tangan yang salah. Jika ditinjau keadaan masyarakat dunia, peristiwa berdarah yang melibatkan kebencian antar kelompok sering kita jumpai. Sebut saja Hitler yang pernah memburu kaum yahudi dari tanah kekuasaannya, kemalangan suku Kurdi di Iraq dan tak luput pula peristiwa Sampit, Poso, GAM di tanah air kita.

Dalam titik ini, penyimpangan moral Lord Voldemort, mengajak pembaca untuk mengamati perilaku pemimpin dunia yang secara sadar menginjak-injak hak asasi bangsa lain berdasar kebencian chauvinisme namun bersembunyi dalam kedok perdamaian. Dalam buku ini, penulis dengan apik mengombinasikan unsur moral yang di tulis Rowling melalui kaca mata sejarah, legenda, dan mitos. Sehingga anak-anak dapat mendorong imajinasi mereka bekerja dan realistis memandang dunia. Tak berlebihan jika buku ini dapat dikategorikan sebagai pedoman baru yang berguna bagi orangtua untuk mendiskusikan pengertian moral dalam novel Harry Potter dengan anak mereka. (*)

(Sumber : Penulis Lepas.com/Lutfi Fadila/ Malang/hpk doc/Nov/07)

Posted in Pencerahan | Dengan kaitkata: | Leave a Comment »

Tamparan Kehidupan

Posted by jupiter pada November 20, 2007

Tamparan Kehidupan
Oleh : Jupiter

Lingkaran kehidupan sungguh merupakan satu misteri. Betapapun kuat dan pintarnya seseorang. Apabila kesabaran sudah mulai menghilang, pada akhirnya pasti akan menyerah dan mungkin akan terkapar tanpa sempat berperang.

Aku merupakan satu dari sekian banyak pengembara yang tidak mempunyai peta. Dengan hanya mengandalkan kepekaan rasa serta kuatnya hasrat di jiwa. Kujelajahi terjalnya jalan yang membentang di hadapan, tanpa tahu pasti kemana arah dan tujuan.

Satu demi satu tapak, telah aku tinggalkan. Tetes demi tetes darah, telah aku goreskan. Namun hingga senja menjelang, pencarianku tetap saja belum menemukan satu titik terang. Bilakah, aku sanggup bertahan?

Diambang senja, dimana masa remaja telah sangat jauh aku tinggalkan. Segala ketidak setabilan di jiwa, seharusnya sudah bisa aku tanggalkan. Tapi entah mengapa, meski selalu aku tolak. Namun disaat satu nyanyian sumbang mampir ke dalam pendengaran, aku tak pernah sanggup untuk mengelak. Amarah yang senantiasa membangkitkan rasa dendam itu seolah sudah melekat erat di dalam diri.

Laksana bom waktu yang sudah terpacu. Darah muda yang bersarang di dada, seketika mengalir deras dan siap untuk memicu satu ledakkan yang maha dasyat.

Kali ini aku tidak mau terbakar lagi. Sudah terlalu banyak, hati ini menanggung rasa pedih yang selalu digoreskan oleh sisa ledakkannya. Aku tak boleh kalah lagi. Mulai saat ini, aku harus bisa mengekang serta meredam segala amarah yang menyapa di jiwa.

Masih jelas dalam ingatan, ketika seorang teman terkapar, akibat terkena ledakkan dendam yang tak bisa kutahan.

Pada saat itu, dalam satu perdebatan yang sangat panjang, dengan sengaja dia mulai menantang kepiawaianku dalam berperang. Awalnya aku hanya diam, dan berniat untuk meninggalkannya sendirian. Namun ketika dengan sengaja dia mulai menyenandungkan nyanyian sumbang tentang orang yang sangat aku sayang. Aku tak bisa tinggal diam lagi.

Dengan geram, seketika aku hantam kepalanya dengan palu godam. Ku cabik mulutnya dengan parang yang selalu terselip di pinggang. Ku benamkan wajahnya ke dalam kubangan kotoran, hingga nafasnya mulai tersenggal. Masih belum puas, ku ambil sejumput garam, kemudian kutaburkan di atas lukanya yang mulai meradang.

Sedetik kemudian dia mulai meregang. Kunikmati setiap erang kesakitan yang kudengar. Setan dalam kepala menyeringai senang, ketika satu nyawa melayang dalam genggaman. Sambil tersenyum, aku melenggang pulang dengan membawa satu kemenangan.

Ku kabarkan kepada orang yang sangat aku sayang, tentang kepiawaianku dalam berperang barusan. Semula aku kira dia akan berteriak kegirangan, karena aku telah menjadi seorang pahlawan. Namun kenyataan tak seperti yang aku bayangkan.

Begitu aku selesai mengumbar kabar kemenangan, dia langsung terdiam, sama sekali tak terpancar sorot mata senang. Hanya helaan nafas panjang yang dia keluarkan. Setelah membisikan satu kata bahwa aku telah salah paham. Tanpa bisa kucegah, dia langsung meninggalkan aku sendirian dan tak pernah kembali pulang.

Dalam kebimbangan, satu penyesalan mulai datang. Di saat tanduk di kepala mulai tenggelam, aku berlari tunggang langgang untuk melihat keadaan sang teman, dengan harapan masih bisa di selamatkan. Namun malang tak dapat di tolak. Hanya karena nyanyian sumbang yang mengganggu pendengaran, dalam satu kesempatan aku telah kehilangan dua orang terdekat.

Ini adalah sepenggal kebodohanku di masa silam.

Saat ini kondisi tubuhku sudah mulai letih, langkah mulai kaku dan nafas mulai tersenggal. Aku harus terus melanjutkan perjalananku yang masih sangat panjang. Aku tak boleh pasrah pada kubangan kehidupan yang memang selalu berputar, mengincar, dan siap untuk melahap segala kelemahan yang ada di dalam diri. Hanya keledai dungu, yang selalu terperosok ke dalam satu kubangan yang sama.

Biarlah nyanyian sumbang itu mengalir dan kemudian menghilang dengan sendirinya. Yang aku lakukan, hanya bisa menghindar. Aku tak akan menguras sisa tenagaku hanya untuk kesia-siaan. Tebing yang harus kudaki masih sangat tinggi, jurang yang harus kulewati masih teramat curam. Langkahku tak boleh tergelincir lagi, semangatku tak boleh menjadi berkarat hanya karena panggilan yang memancing dendam kesumat.

Di saat kedewasaan mulai menyapa, segala tamparan kehidupan harus aku jadikan sebagai teman dalam perjalanan. Ku tancapkan keyakinan dalam diri, bahwa di setiap kesulitan pasti selalu ada kesempatan.

Terima kasih kepada seorang teman yang telah memberikan tamparan, sehingga membuat aku terbangun dari tidur yang sangat panjang. (Jupiter doc/Nov07)

***

Posted in Coretanku | Leave a Comment »

Tamparan Kehidupan

Posted by jupiter pada November 20, 2007

Tamparan Kehidupan
Oleh : Jupiter

Lingkaran kehidupan sungguh merupakan satu misteri. Betapapun kuat dan pintarnya seseorang. Apabila kesabaran sudah mulai menghilang, pada akhirnya pasti akan menyerah dan mungkin akan terkapar tanpa sempat berperang.

Aku merupakan satu dari sekian banyak pengembara yang tidak mempunyai peta. Dengan hanya mengandalkan kepekaan rasa serta kuatnya hasrat di jiwa. Kujelajahi terjalnya jalan yang membentang di hadapan, tanpa tahu pasti kemana arah dan tujuan.

Satu demi satu tapak, telah aku tinggalkan. Tetes demi tetes darah, telah aku goreskan. Namun hingga senja menjelang, pencarianku tetap saja belum menemukan satu titik terang. Bilakah, aku sanggup bertahan?

Diambang senja, dimana masa remaja telah sangat jauh aku tinggalkan. Segala ketidak setabilan di jiwa, seharusnya sudah bisa aku tanggalkan. Tapi entah mengapa, meski selalu aku tolak. Namun disaat satu nyanyian sumbang mampir ke dalam pendengaran, aku tak pernah sanggup untuk mengelak. Amarah yang senantiasa membangkitkan rasa dendam itu seolah sudah melekat erat di dalam diri.

Laksana bom waktu yang sudah terpacu. Darah muda yang bersarang di dada, seketika mengalir deras dan siap untuk memicu satu ledakkan yang maha dasyat.

Kali ini aku tidak mau terbakar lagi. Sudah terlalu banyak, hati ini menanggung rasa pedih yang selalu digoreskan oleh sisa ledakkannya. Aku tak boleh kalah lagi. Mulai saat ini, aku harus bisa mengekang serta meredam segala amarah yang menyapa di jiwa.

Masih jelas dalam ingatan, ketika seorang teman terkapar, akibat terkena ledakkan dendam yang tak bisa kutahan.

Pada saat itu, dalam satu perdebatan yang sangat panjang, dengan sengaja dia mulai menantang kepiawaianku dalam berperang. Awalnya aku hanya diam, dan berniat untuk meninggalkannya sendirian. Namun ketika dengan sengaja dia mulai menyenandungkan nyanyian sumbang tentang orang yang sangat aku sayang. Aku tak bisa tinggal diam lagi.

Dengan geram, seketika aku hantam kepalanya dengan palu godam. Ku cabik mulutnya dengan parang yang selalu terselip di pinggang. Ku benamkan wajahnya ke dalam kubangan kotoran, hingga nafasnya mulai tersenggal. Masih belum puas, ku ambil sejumput garam, kemudian kutaburkan di atas lukanya yang mulai meradang.

Sedetik kemudian dia mulai meregang. Kunikmati setiap erang kesakitan yang kudengar. Setan dalam kepala menyeringai senang, ketika satu nyawa melayang dalam genggaman. Sambil tersenyum, aku melenggang pulang dengan membawa satu kemenangan.

Ku kabarkan kepada orang yang sangat aku sayang, tentang kepiawaianku dalam berperang barusan. Semula aku kira dia akan berteriak kegirangan, karena aku telah menjadi seorang pahlawan. Namun kenyataan tak seperti yang aku bayangkan.

Begitu aku selesai mengumbar kabar kemenangan, dia langsung terdiam, sama sekali tak terpancar sorot mata senang. Hanya helaan nafas panjang yang dia keluarkan. Setelah membisikan satu kata bahwa aku telah salah paham. Tanpa bisa kucegah, dia langsung meninggalkan aku sendirian dan tak pernah kembali pulang.

Dalam kebimbangan, satu penyesalan mulai datang. Di saat tanduk di kepala mulai tenggelam, aku berlari tunggang langgang untuk melihat keadaan sang teman, dengan harapan masih bisa di selamatkan. Namun malang tak dapat di tolak. Hanya karena nyanyian sumbang yang mengganggu pendengaran, dalam satu kesempatan aku telah kehilangan dua orang terdekat.

Ini adalah sepenggal kebodohanku di masa silam.

Saat ini kondisi tubuhku sudah mulai letih, langkah mulai kaku dan nafas mulai tersenggal. Aku harus terus melanjutkan perjalananku yang masih sangat panjang. Aku tak boleh pasrah pada kubangan kehidupan yang memang selalu berputar, mengincar, dan siap untuk melahap segala kelemahan yang ada di dalam diri. Hanya keledai dungu, yang selalu terperosok ke dalam satu kubangan yang sama.

Biarlah nyanyian sumbang itu mengalir dan kemudian menghilang dengan sendirinya. Yang aku lakukan, hanya bisa menghindar. Aku tak akan menguras sisa tenagaku hanya untuk kesia-siaan. Tebing yang harus kudaki masih sangat tinggi, jurang yang harus kulewati masih teramat curam. Langkahku tak boleh tergelincir lagi, semangatku tak boleh menjadi berkarat hanya karena panggilan yang memancing dendam kesumat.

Di saat kedewasaan mulai menyapa, segala tamparan kehidupan harus aku jadikan sebagai teman dalam perjalanan. Ku tancapkan keyakinan dalam diri, bahwa di setiap kesulitan pasti selalu ada kesempatan.

Terima kasih kepada seorang teman yang telah memberikan tamparan, sehingga membuat aku terbangun dari tidur yang sangat panjang. (Jupiter doc/Nov07)

***

Posted in Coretanku | Leave a Comment »